Pages

Minggu, 17 November 2013

Tolak Ukur Kepuasan Kerja Karyawan

Robbins memberikan pengertian mengenai kepuasan kerja sebagai “suatu sikap umum individu terhadap pekerjaannya”. Sedangkan handoko mengungkapkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu pandangan oleh orang yang bekerja terhadap tingkat menyenangkan atau tidak menyenangkan perasaan yang sedang digelutinya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa pekerja yang mengalami kepuasan kerja, maka dia akan menyerap banyak nilai positif yang menyenangkan dari pekerjaan yang digelutinya.

Hal ini tentu saja merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perusahaan, karena tingkat kepuasan kerja para pekerja akan mempengaruhi tingkat produktivitas suatu perusahaan.
Terdapat 2 hal yang mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yakni faktor ekstrinsik, yakni faktor yang ada di luar para pekerja, seperti adanya insentif yang dapat menambah motivasi para pekerja. Yang kedua adalah faktor intrinsic, yakni faktor psikologis yang dialami oleh para pekerja.

Biasanya besaran gaji atau upah yang diterima oleh pekerja menjadi suatu tolok ukur yang umum dilakukan oleh orang orang. Namun, tentu saja hal ini bukanlah satu satunya tolok ukur yang dapat menentukan puas atau tidaknya seseorang terhadap pekerjaan yang sedang digelutinya.
Lebih lanjut lagi, Muhammad menuturkan bahwa ada 2 hal yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yakni tingkat akses informasi dan hubungan antar pekerja.

Ada beberapa teori yang bisa dijadikan sebagai tolok ukur tingkat kepuasan kerja yang dialami oleh pekerja. Teori teori tersebut adalah sebagai berikut :

Teori Ketidaksesuaian
John Locke, seorang ahli tata negara Inggris menyebutkan bahwa kita dapat mengukur tingkat kepuasan kerja seseorang berdasarkan selisih antara apa yang didapatkan dengan apa yang diinginkan oleh seorang pekerja.
Pekerja akan puas dengan pekerjaannya apabila tidak ada selisih antara apa yang diinginkan (atau minimal dibutuhkan) dengan apa yang didapat secara nata di perusahaan tempat ia bekerja. Namun, jika selisih antara 2 faktor itu membesar, maka ketidak puasan yang dialami oleh pekerja akan menjadi sangat tinggi. Namun pada kesimpulannya, John Locke menyatakan bahwa tidak ada cara terbaik yang dapat digunakan sebagai tolok ukur kepuaan kerja seseorang.

Teori Keadilan
Teori keadilan menyatakan bahwa tingkat kepuasan kerja yang dialami oleh pekerja dapat dilihat dari seberapa masuk akalnya insentif dan keuntungan yang diterima oleh pekerja dalam bandingannya dengan apa yang dikerjakan oleh pekerja tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Adam dan merupakan variasi dari teori perbandingan sosial. Teori ini melibatkan 4 komponen, yakni input, orang bandingan, hasil, serta tingkat keadilan/ketidakadilan.

Untuk kesimpulannya, teori ini menatakan bahwa kepuasan kerja dapat diperoleh jika ada perbandingan yang wajar antara input (seperti, tingkat pendidikan), dengan output (hasil yang diterima) dalam bandingannya dengan input dan output pekerja lain di suatu perusahaan yang berbeda.

Teori Dua Faktor
Teori dua faktor dikenalkan oleh Herzberg dalam penelitiannya terhadap 250 pekerja. Lebih lanjut lagi, Herzberg membagi 2 komponen yang menjadi tolok ukur tingkat kepuasan kerja, yakni sarisfier atau pemuas serta disatisfier atau hal yang menyebabkan pekerja menjadi tidak puas.
Faktor pemuas merupakan faktor faktor yang dapat dijadikan sebagai motivasi oleh seorang pekerja dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan disatisfier adalah faktor faktor yang dapat memicu ketidakpuasan pekerja dalam melakukan pekerjaannya.

Hal itulah yang menyebabkan adanya faktor pemeliharaan (maintenance) yang berfungsi sebagai pemelihara agar pekerja dapat berada dalam kondisi yang puas.
- See more at: http://www.perempuan.com/read/tolak-ukur-kepuasan-kerja-karyawan-#sthash.3u491phT.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar