Bila Anda gemar travelling ke tempat-tempat peninggalan bersejarah khususnya yang berkaitan dengan masa kolonial penjajahan maka berkunjung ke benteng Marlborough di Sumatra merupakan tujuan wajib yang patut anda kunjungi.
Napak tilas di tempat-tempat seperti benteng yang satu ini dapat memperkaya khasanah pengetahuan Anda dan juga sekaligus mengenang kembali masa-masa penjajahan yang telah lampau yang terjadi di negara kita.
Salah satu hikmah yang akan kita dapat tentu saja bahwa kita seharusnya tak kenal menyerah untuk memperjuangkan apa yang menjadi milik kita. Nah, apa dan bagaimana benteng Marlborough ini? Simak ulasannya.
1. Lokasi benteng Marlborough
Benteng ini terletak di kota Bengkulu, tepatnya terletak di pesisir pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Benteng ini ternyata dibangun di atas bukit buatan dan terletak menghadap ke kota Bengkulu dan punggungnya menghadap Samudera Hindia. Benteng ini berdiri di tanah seluas 44.100 m2 dan memiliki panjang 240,5 m dengan lebar 170,5 m.
2. Sejarah benteng Marlborough
Benteng Marlborough ini merupakan salah satu benteng peninggalan penjajah Inggris di Indonesia. Benteng yang satu ini dibangun pada tahun 1713-1719 oleh East India Company atau EIC yang pada saat itu dipimpin oleh gubernur Joseph Callet. Konon, benteng ini merupakan salah satu benteng terkuat di daerah timur yang sulit ditaklukkan atau ditembus oleh musuh.
Hanya benteng St. George yang berlokasi di Madras, India yang mungkin mampu menandingi kehebatang benteng yang satu ini. Nama benteng ini sendiri diambil dari nama John Churchil yang saat itu bergelar Duke of Marlborough sebagai tanda penghormatan atas jasanya yang besar kepada pemerintahan Inggris.
Benteng ini terletak di kota Bengkulu, tepatnya terletak di pesisir pantai Tapak Paderi, Bengkulu. Benteng ini ternyata dibangun di atas bukit buatan dan terletak menghadap ke kota Bengkulu dan punggungnya menghadap Samudera Hindia. Benteng ini berdiri di tanah seluas 44.100 m2 dan memiliki panjang 240,5 m dengan lebar 170,5 m.
2. Sejarah benteng Marlborough
Benteng Marlborough ini merupakan salah satu benteng peninggalan penjajah Inggris di Indonesia. Benteng yang satu ini dibangun pada tahun 1713-1719 oleh East India Company atau EIC yang pada saat itu dipimpin oleh gubernur Joseph Callet. Konon, benteng ini merupakan salah satu benteng terkuat di daerah timur yang sulit ditaklukkan atau ditembus oleh musuh.
Hanya benteng St. George yang berlokasi di Madras, India yang mungkin mampu menandingi kehebatang benteng yang satu ini. Nama benteng ini sendiri diambil dari nama John Churchil yang saat itu bergelar Duke of Marlborough sebagai tanda penghormatan atas jasanya yang besar kepada pemerintahan Inggris.
Berbagai peristiwa terjadi di dalam benteng ini, antara lain, masyarakat Bengkulu pernah membakar benteng ini sampai penghuninya terpaksa melarikan diri dan mengungsi ke Madras, India. Lalu pada tahun 1724 diadakanlah perjanjian tertentu dengan penduduk Bengkulu.
Tak berhenti sampai disitu, pada tahun1793 serangan kembali dilakukan oleh masyarakat Bengkulu sampai mengakibatkan tewasnya Robert Hamilton yang pada saat itu menjabat sebagai salah satu opsir Inggris terbaik. Kemudian menyusul meninggalnya Thomas Parr, salah satu residen yang bertugas pada saat itu pada tahun 1807. Untuk menghormati keduanya, pemerintah Inggris membangun monument yang berada di kota Bengkulu.
3. Hal yang unik dari benteng Marlborough
Selain digunakan untuk bangunan pertahanan, benteng ini juga lebih berfungsi sebagai lahan tinggal untuk bangsa Inggris yang berada di kota Bengkulu. Benteng ini juga digunakan untuk mengadakan pesta perkawinan bangsa Inggris, selain itu pusat perdagangan rempah-rempah dan kegiatan politik dilaksanakan pula di dalam lindungan benteng Marlborough.
Bila dilihat dari atas keseluruhan bangunan benteng ini mirip segilima atau cangkang kura-kura yang menyimbolkan pertahanan yang kuat yang mampu bertahan selama bertahun-tahun. Di dalamnya juga terdapat semacam jembatan yang menghubungkan kepala dan badan kura-kura dan sebuah jembatan lagi yang dianggap membentuk ekor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar