Pulau besar di wilayah Barat Indonesia ini terkenal strategis karena letaknya berada di tengah-tengah jalur perdagangan. Sumatera juga berbatasan dengan negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura dan Malaysia. Ternyata, awalnya pulau yang kental dengan adat Melayu ini nggak dikenal sebagai Sumatera.
Suvarnabhumi dan Swarna Dwipa
Nama Suvarnabhumi muncul pada masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-7. Sebutan ini berasal dari para pedagang India, China, dan Asia Tenggara yang singgah di pulau ini. Suvarnabhumi berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘tanah emas’. Sedangkan Swarna Dwipa berarti ‘pulau emas’. Bukti penyebutan ini ada dalam Prasasti Padang Roco tahun 1286. Kitab-kitab tua berbahasa Sanskerta lainnya menyebut wilayah Semenanjung Malaya dan Kepulauan Nusantara dengan nama tersebut.
Taprobana
Di kalangan para penjelajah Eropa abad ke-15, pulau bagian barat Indonesia ini disebut Taprobana yang berarti ‘daun tembaga’ dalam bahasa Sanskerta. Sebutan ini dipakai ahli geografi Yunani, Klaudios Ptolemaios untuk menjelaskan daerah Asia Tenggara dalam tulisannya Geographike Hyphegesis. Dalam naskah Yunani lain, Periplous tes Erythras Thalasses, Taprobana dijuluki chryse nesos (pulu emas). Di pulau ini, para pedagang dari negara lain mencari emas, kemenyan, dan kapur barus.
Sumatera
Sebutan Sumatera pertama kali dilontarkan di Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, nama ini muncul karena kesalahan pelafalan petualang asal Maroko, Ibnu Batutah pada 1345. Ia melafalkan kata ‘samudera’ menjadi ‘samatrah’, dan kemudian menjadi ‘sumatera’. Nama ini kemudian tercantum di sejumlah peta buatan Arab serta portugis pada abad ke-15 sampai 16. Akhirnya, sebutan Sumatera menjadi sebutan pulau di wilayah barat Indonesia ini hingga sekarang. Ayu – Foto: www.columbia.edu
Suvarnabhumi dan Swarna Dwipa
Nama Suvarnabhumi muncul pada masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-7. Sebutan ini berasal dari para pedagang India, China, dan Asia Tenggara yang singgah di pulau ini. Suvarnabhumi berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti ‘tanah emas’. Sedangkan Swarna Dwipa berarti ‘pulau emas’. Bukti penyebutan ini ada dalam Prasasti Padang Roco tahun 1286. Kitab-kitab tua berbahasa Sanskerta lainnya menyebut wilayah Semenanjung Malaya dan Kepulauan Nusantara dengan nama tersebut.
Taprobana
Di kalangan para penjelajah Eropa abad ke-15, pulau bagian barat Indonesia ini disebut Taprobana yang berarti ‘daun tembaga’ dalam bahasa Sanskerta. Sebutan ini dipakai ahli geografi Yunani, Klaudios Ptolemaios untuk menjelaskan daerah Asia Tenggara dalam tulisannya Geographike Hyphegesis. Dalam naskah Yunani lain, Periplous tes Erythras Thalasses, Taprobana dijuluki chryse nesos (pulu emas). Di pulau ini, para pedagang dari negara lain mencari emas, kemenyan, dan kapur barus.
Sumatera
Sebutan Sumatera pertama kali dilontarkan di Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, nama ini muncul karena kesalahan pelafalan petualang asal Maroko, Ibnu Batutah pada 1345. Ia melafalkan kata ‘samudera’ menjadi ‘samatrah’, dan kemudian menjadi ‘sumatera’. Nama ini kemudian tercantum di sejumlah peta buatan Arab serta portugis pada abad ke-15 sampai 16. Akhirnya, sebutan Sumatera menjadi sebutan pulau di wilayah barat Indonesia ini hingga sekarang. Ayu – Foto: www.columbia.edu