Setelah angkatan Balai Pustaka yang terkenal dengan roman yang selalu berakhir sedih, muncul angkatan pujangga baru yang mulai memberontak, nggak mau lagi diatur-atur sama peraturannya Balai Pustaka. Selanjutnya muncullah Angkatan 45.

Karya sastra pada angkatan ini katanya sih cerminan kehidupan di zaman itu, penuh dengan pergolakan politik, sosial, dan budaya. Namanya juga baru merdeka, pasti lagi bersemangat banget! Semacam anak sekolah yang tadinya nggak boleh ini itu tiba-tiba masuk kuliah, ngekost, bisa bebas ini-itu. Eh, ada yang kesindir, ya? Kwuk!

NYUNYU mau bahas 5 karya sastra yang terkenal dari angkatan itu.  Kali-kali aja bisa ngebantu kamu ngejawab pertanyaan pas lagi UTS atau UAS Bahasa Indonesia. Namanya juga usaha.

  1. Deru Campur Debu

Judulnya mirip ya sama sinetron zaman dulu kala. Deru dan Debu. Nah Deru Campur Debu ini ditulis oleh Chairil Anwar. Deru Campur Debu adalah kumpulan puisi yang ditulis oleh beliau dan menjadi pendobrak sastra Indonesia selama ini yang biasanya berbau Melayu. Sedangkan Chairil Anwar menggunakan Bahasa Indonesia sehari-hari, jadi lebih hidup dan terasa ‘jiwa’-nya. Ini salah satu puisi yang ada di dalam Deru Campur Debu:

Aku

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan akan akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi



  1. Atheis

Karya sastra ini merupakan karya dari Achadiat K. Mihardja, penerbit dan pemimpin majalah Gelombang Zaman semasa revolusi masih bergolak. Baru di tahun 1948 nama beliau mencuat lewat karya ini.

Emang sih judulnya fenomenal banget. Sampe sekarang pun isu atheis di Indonesia masih sangat-sangat sensitif. Ceritanya mengenai Hasan, yang lahir di keluarga yang sangat relijius dan akhirnya bertemu Rusli, temannya ketika bekerja di kota, yang secara terbuka mengakui dirinya adalah ateis. Rusli memiliki pandangan ke arah Marxisme yang menentang kapitalis,  mengguncang iman Hasan yang masih berpikiran sangat tradisional. Belum lagi persoalan cintanya Hasan kepada Kartini, seorang teman Rusli, yang menurut Hasan adalah hasil dari kekejaman kapitalis. Kartini terpaksa menikah dengan lintah darat agar orang tuanya tidak lagi terlilit hutang. Makin bencilah Hasan terhadap kapitalisme. Maka Hasan pun jadi labil, beragama tidak, tidak beragama juga enggak. Akhirnya hidup Hasan berakhir tragis.

Nah, buat yang mau tau gimana lengkapnya, bisa cari ke pasar-pasar buku loak. Masih sering ditemui kok. Jangan gara-gara judulnya atheis jadi nggak mau baca bukunya, coba liat gimana pergolakan batin manusia bisa bikin orang jadi kehilangan hidupnya. NYUNYU serius banget ya. MERDEKA! Kwuk!


  1. Perburuan

Ini adalah karya dari Pramoedya Ananta Toer yang ditulis pada 1950 selama beliau di dalam penjara mendapatkan penghargaan dari Balai Pustaka. Setelah itu, karya Pramoedya Ananta Toer selalu menjadi pusat pembicaraan bahkan sampai sekarang.

Perburuan yang pada zamannya jadi bahan pembicaraan banget bercerita tentang pemberontakan PETA yang gagal terhadap Jepang. Oh iya, ini fiksi lho ya! Cuma ceritanya emang menggambarkan kejadian pada zaman itu. Pramoedya adalah salah satu penulis yang sangat produktif dan nggak bisa berhenti menulis. Kalau favorit NYUNYU sih tentu Bukan Pasar Malam. Ada yang belum pernah baca satu pun karya Pramoedya? Astaga. NYUNYU sedih kalo begini ceritanya.


  1. Harimau! Harimau!

Adalah karya dari Mochtar Lubis yang dipublikasiin tahun 1975 dan ditulis pas dia di dalam penjara. Nah, novel ini sebenarnya adalah tanggapan Mochtar terhadap kepemimpinan abadi Presiden Soekarno. Ceritanya tentang tujuh orang pengumpul damar yang tersesat di hutan dan kemudian diserang harimau. Tapi akhirnya mereka diselamatkan seorang pemimpin yang karismatik. Meskipun novel ini banyak mendapat pujian, menurut cendikiawan A. Teeuw, pesan di novel ini terlalu dipaksakan.

  1. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma

Karya ini yang terakhir mau NYUNYU bahas di angkatan 45 ini. Capek juga NYUNYU bacain satu-satu bukunya. Bahasanya menantang banget untuk dimengerti! Nah Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma adalah kumpulan 12 cerpen karya Idrus yang dipublikasiin tahun 1948. Cerpen pertama judulnya Ave Maria sedangkan cerpen terakhir di buku ini berjudul Jalan Lain ke Roma. Nah jadi tau kan kalau kenapa judul bukunya Dari Ave Mari ke Jalan Lain ke Roma. Semua cerpen menceritakan tentang zaman revolusi di Indonesia pada kurun waktu itu, di mana sebagian orang adalah pejuang sungguhan dan sebagian lainnya adalah pencari selamat (berat, NYUUU..beraaaat).